Rabu, 21 Oktober 2009
ramalan
Percepatan kecenderungan ini menimbulkan pola-pola hubungan baru antar manusia dan kelompok manusia yang kemudian dikenal sebagai era kesejagatan. Suatu era serba terbuka yang telah melahirkan model baru kapitalisme yang di dalam prakteknya di dasari pada kecanggihan teknologi dan budaya informasi.
Realitas ini mencirikan perubahan yang cukup fundamental. Sumber daya industri dan ekonomi telah berkembang. Ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi merupakan sumber daya, barang modal yang tidak terelakkan. Keberadaan PT. Dirgantara Indonesia yang misinya meningkatkan nilai tambah intelektual dan sumber daya manusia melalui transformasi teknologi memang sudah di arah yang benar. Hanya masalahnya industri yang padat modal dan padat teknologi ini adalah industri pelopor di mana unsur-unsur pendukung dan infrastrukturnya mesti dirintis dari awal. Sebagai pelopor yang sarat misi, sudah tentu industri ini pada awalnya memerlukan dukungan politis yang kuat.
Perubahan lain adalah bahwa dalam dunia bisnis peran negara makin berkurang. Selain pemerintah, kini terdapat peran besar lembaga internasional dan multinasional yang ikut mengatur hubungan ekonomi antar bangsa. Misal WTO, Bank Dunia, IMF, APEC dll.
Juga terdapat kecenderungan pergerakan individu, investasi, industri dan informasi yang begitu leluasa melintas batas-batas negara. Sangat sulit bagi pemerintah mengendalikan arus investasi ke dalam dan ke luar negeri, relokasi industri dari suatu negara ke negara lain bila hanya dengan instrumen yang biasa-biasa saja, serta penyebaran informasi yang masuk ke setiap bagian tanah air melalui kecanggihan teknologi komunikasi.
Perubahan ini merupakan tantangan perekonomian dan bisnis nasional. Dan tentunya memberi pengaruh terhadap kesiapan PT. Dirgantara Indonesia ini dalam rangka membangun strategi-strategi bisnis baru yang mengarah pada efisiensi dan daya saing sejagat. Sementara itu konsolidasi industri-industri kedirgantaran Amerika dan Eropa yang sudah menjadi kenyataan yang tidak bisa dianggap sebelah mata.
Bersamaan dengan itu krisis ekonomi yang melanda Asia, termasuk Indonesia telah mengguncangkan pertumbuhan dan kemampuan ekonomi di kawasan ini. Dan bagi Indonesia krisis ini masih berkepanjangan, bahkan berubah menjadi krisis politik. Bagi PT. Dirgantara Indonesia hal di atas berdampak pada dihentikannya pendanaan pemerintah untuk program N250, sekaligus berkurangnya potensi pasar produk PT. Dirgantara Indonesia.. Termasuk peluang memasarkan produk unggulan N250.
Walau demikian perkembangan terbaru diyakini bahwa kawasan Asia merupakan potensi pasar produk kedirgantaraan dan sistem pertahanan. Pameran Kedirgantaraan Singapur telah meraih bisnis senilai lebih dari US $ 3,5 miliar, tiga kali lipat dibandingkan tahun 1997. Walau belum secerah sebelumya Airbus memprediksi pesanan produk pesawat baru di Asia akan berlangsung lambat pada tahun 2000 lalu, seiring dengan pemulihan akibat krisis ekonomi. Rata-rata permintaan untuk pesawat komersial diperkirakan sekitar 750 unit per tahun. Tetapi, Boeing memperkirakan pangsa pasar di Asia Pasifik akan lebih besar dibandingkan Amerika Utara dan Eropa dalam 18 tahun mendatang. Dikatakan tidak ada kawasan di dunia ini yang memiliki sistem lalu lintas udara yang berkesinambungan sebagus kawasan Asia Pasifik
Sementara itu, untuk sistem pertahanan yang dipunyai negara-negara Asia, negara-negara ini tinggal meningkatkannya. Asia diprediksi merupakan potensi pasar pesawat (komersial dan militer) dan sistem pertahanan yang menggiurkan dan menjadi arena persaingan industri kedirgantaran besar. Seperti Boeing dan Lockheed Martin di satu sisi dan EADS (European Aeronautics Defence and Space Company) di sisi lain.
Aliansi strategis industri kedirgantaraan Eropa yang tergabung dalam EADS ini jelas makin mempertajam persaingan antar kawasan (persaingan antar raksasa industri kedirgantaran Eropa dan Amerika). Bergabungnya Boeing dengan Mc. Donald Douglas menyebabkan Boeing juga bermain di kelas seratus penumpang, yang kini sudah memasuki pasar.
Boeing memperkirakan pasar untuk pesawat dengan jumlah penumpang kurang dari 100 akan tumbuh dari 1.230 unit pada tahun 1998 menjadi lebih dari 3.000 unit pada tahun 2008. Dengan harga jual sekitar US $ 15 juta hingga US $ 20 juta per unit, maka itu berarti pada tahun 2008 nilai pasar pesawat untuk jangkauan regional ini sekitar US $ 45 miliar hingga US $ 60 miliar. Tapi bukan rahasia lagi di segmen ini pun industri kedirgantaraan Eropa dan Amerika bersaing ketat.
Fakta perubahan ini memacu PT. Dirgantara Indonesia sebagai industri yang berorientasi pasar sejagat menyiapkan orientasi baru yang secara konsisten tetap mengacu pada tiga tahap strategi pengembangan, yaitu : tahap penyiapan sarana dan prasarana untuk penguasaan teknologi dan proses industrialisasi (1976 - 1985); tahap penguasan teknologi dengan pencapaian standar kualifikasi industri dirgantara serta kemandirian rancang bangun (1986 - 1995); tahap komersialisasi hasil penguasaan teknologi di pasar global (1996 - seterusnya).
Kedua tahap pertama telah dilalui PT. Dirgantara Indonesia yang secara objektif bisa diamati dan dirasakan kita bersama.
HASIL YANG DICAPAI SELAMA PERIODE 24 TAHUN
A. Produk dan Jasa
1. Mendeliver sekitar 298 unit pesawat terbang dan helikopter (97 unit NC- 212, 38 unit CN-235, 114 unit NBO-105, 27unit NBELL-412, 22 NAS-332)
2. Mendeliver 50.000 unit roket dan 150 unit torpedo
3. Mendeliver 10.000 unit komponen pesawat terbang (F-16, Boeing, Airbus)
B. Penguasaan Teknologi
1. Engineering approval : component type certificate, aircraft type certificate dari DGAC, IMAA, serta JAA Eropa
2. Quality Assurance approval : General Dynamic dengan persyaratan U.S. Military Specification MIL-1- 45208A, Bae, Lockhead, The Boeing Company, Daimler-Benz Aerospace, dan DGAC
3. Fabrication Approval : CASA, The Boeing Company, Fokker, dan Bell Helicopter Textron.
4. Product Support, Maintenance & Overhaul
a. Aircraft Services Approval :
DGAC (approved maintenance organization), Terms of Approval Sultanete of OMAN (DGCAM), HANKAM (approved military aircraft repair station)
b. Nusantara Turbin & Propulsi Approval :
* Otoriti :
DGAC, FAA, ATO of Philippines, DGCAM OMAN, TNI-AU, GCA of Malaysia
* Manajemen :
ISO-9002 (QSC-5508) OF DNV Netherlands
* Manufactures :
Allison-Rolls Royce, Rolls Royce, Garret-Allied Signal, Pratt & Whitney United Technology, General Electric, CFM International, Solar Turbine - Caterpilar, Union Pump, Cooper Industries
5. Rancang bangun
a. Rancangbangun dan pengembangan N250 pesawat turboprop berkapasitas 50-70 orang dengan teknologi canggih di kelasnya. Tahap yang dicapai : produksi prototip dan terbang perdana.
b. Rancangbangun N2130 pesawat turbojet regional berkapasitas 100-130 orang. Tahap yang dicapai tahap preliminary design.
Tahap ketiga, komersialisasi hasil penguasaan teknologi baru berjalan empat tahun dan hal ini harus semakin terpacu berkait dengan perubahan-perubahan di fora nasional maupun internasional dewasa ini. Geliat PT. Dirgantara Indonesia menata kembali bisnisnya suatu yang tidak bisa dihindari ketika dihadapkan pada situasi krisis ekonomi dan politik di dalam negeri serta dalam rangka menghadapi serta mengantisipasi tantangan sejagat dan ke depan. Upaya ini melahirkan program restrukturisasi dengan dua fase strategi jangka panjang : Fase Survival (2000 - 2003) serta Fase Sehat dan Tumbuh (2004 dan seterusnya) yang berpijak pada tiga program utama : restrukturisasi usaha/bisnis, peningkatan kinerja pemasaran, dan menyehatkan struktur permodalan & efisiensi biaya.
PARADIGMA BARU DIRGANTARA INDONESIA JALAN KE MASA DEPAN
Restrukturisasi Bisnis dilakukan dengan mengukuhkan visi dan misi, menetapkan fokus bisnis Dirgantara Indonesia ke dalam bisnis inti (core) pesawat terbang dan bisnis plasma (non-core). Bisnis inti adalah pesawat terbang dan helikopter meliputi lini usaha : CN-235, N250, NC-212, helikopter. Bisnis Plasma meliputi lini usaha : Manufacturing Services, Component Manufacturing, Tools Manufacturing, Aircraft Services, Technology & Engineering Services, Interior, Special Mission Aircraft, sistem antariksa, teknologi informasi, serta sistem hankam , dan pusat pendidikan dan pelatihan teknologi maju (ATEC).
Program Restrukturisasi Bisnis bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi (economic value) perusahaan. Untuk itu dilakukan kajian kembali terhadap semua lini usaha berdasarkan economic viability dan strategic value, dan hanya mengembangkan lini usaha yang berprospek serta terkait langsung dengan core competency dan visi/misi perusahaan. Pengembangan lini usaha ini dijabarkan dalam program value creation yang menghasilkan peningkatan penjualan.
Dari upaya restrukturisasi ini, PT. Dirgantara Indonesia terus mengembangkan dan mempertahankan lini CN-235, kelompok Aircraft Services, dan kelompok Manufacturing Services; mencari mitra strategis untuk lini N250, NC-212, Helikopter, dan kelompok Engineering Services; sementara lini usaha Hankam (HK) dan Advanced Technology Education Center (ATEC) diupayakan agar mampu mandiri (self-sustaining).
Peningkatan Kinerja Pemasaran dilakukan dengan menargetkan peningkatan delivery pesawat terbang CN-235 dari rata-rata tiga unit menjadi enam unit pertahun mulai tahun 2006 dengan pengakuan penjualan Rp 1.239 milyar pertahun pada tahun 2006. Penjualan jangka pendek (2001 - 2003) lebih difokuskan pada penjualan pesawat terbang dan helikopter yang "siap jual" agar dapat memperkuat dan memperbaiki kinerja keuangan perusahaan dengan adanya penurunan dalam persediaan barang setengah jadi. Untuk menjamin tercapainya target tersebut, unit Sales dan Marketing mengembangkan Strategi pemasaran/Penjualan Jangka Panjang berdasar pada pendekatan "Segmentation, Targeting, Positioning, and Differentiation" serta peningkatan kemampuan tenaga pemasaran/penjualan. Sementara itu target penjualan jangka pendek dicapai melalui peningkatan hubungan baik dengan customer utama dan penyelesaian program penjualan terkontrak.
Peningkatan kinerja penjualan pada kelompok plasma (non pesawat terbang) dilakukan melalui program value creation dengan mengkaji pemanfaatan sepenuhnya kompetensi lini usaha serta kemungkinan pengembangan dan pengkayaan dari kompetensi tersebut. Program value creation ini merupakan bagian dari program restrukturisasi bisnis.
Program Efisiensi Biaya difokuskan pada tiga hal : pertama, penurunan lead time; kedua, efisiensi sumber daya manusia (SDM); ketiga evaluasi struktur biaya terutama biaya beban usaha. Dalam upaya penurunan lead time, ditargetkan pencapain customer lead time 24 bulan untuk produk pesawat terbang. Hal ini dicapai melalui perbaikan production lead time dari rata-rata 50 bulan menjadi 30 bulan; kebijakan buffer stock untuk detail part; dan standardisasi konfigurasi basic dan optional.
Dalam efisiensi SDM dilakukan kajian berdasarkan target usaha dan ditetapkan jumlah SDM optimal, dengan komposisi 44 % non-technical professional & industrial related; 35 % engineering; dan 21 % support.
Dalam evaluasi struktur biaya, dikaji upaya-upaya efisiensi beban usaha lainnya yang cukup signifikan di luar efisiensi SDM dan lead time seperti peningkatan produktivitas, penjualan persediaan dan asset tidak produktif, penyelesaian piutang macet, dan evaluasi biaya komisi penjualan.
Target perbaikan melalui program di atas dijabarkan dalam program aksi yang siap diimplementasikan. Melalui upaya tersebut di atas, hasil simulasi menunjukkan kinerja keuangan perusahaan pengalami perbaikan yang cukup signifikan. Proyeksi penjualan periode 2002 - 2010 menunjukkan kecenderungan meningkat secara signifikan (lihat proyeksi penjualan 2002 - 2010). Sementara proyeksi laba tahun 2002 mencapai 11 milyar rupiah, kemudian turun menjadi 4 milyar dan seterusnya meningkat (lihat proyeksi laba rugi 2002 -2010). Atau setelah fase survival (2000 - 2003), antara tahun 2004 - 2010 perusahaan mampu menghasilkan laba usaha rata-rata 9,3 % dari penjualan. Pada fase survival, perusahaan berada pada tingkat kurang sehat. Namun setelah fase tersebut akan mencapai kategori sehat yang terus meningkat pada tahun 2004 - 2005, dan 2006 -2010. 82)
PROYEKSI PENJUALAN 2002 - 2010
PROYEKSI LABA RUGI 2002 - 2010
Perencanaan kapasitas dan agregat
PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. Salah satu unit usaha PT. Dirgantara Indonesia adalah Satuan Usaha Aerostructure. Saat ini, Satuan Usaha Aerostructure sedang menjalani program Paragon pada proses produksinya. Dalam upaya memenuhi program Paragon, Satuan Usaha Aerostructure dituntut untuk tidak hanya memperhatikan masalah kualitas dan harga, tetapi juga harus memperhatikan masalah lead time pengiriman yang tepat waktu sebagaimana tercantum dalam kontrak. Agar dapat mencapai lead time pengiriman yang tepat waktu maka PT. Dirgantara Indonesia harus memperbaiki strategi produksi dengan menerapkan sistem yang tepat dalam proses produksinya. Sistem Kanban merupakan salah satu sistem dalam proses produksi dengan menggunakan alat bantu berupa kartu Kanban yang digunakan untuk mengontrol proses produksi sehingga dapat memproduksi barang yang diperlukan sesuai dengan permintaan dan dapat mempersingkat lead time pengiriman barang agar dapat dikirim tepat waktu.
Beberapa hal yang dilakukan dalam pemecahan masalah di atas secara garis besar terbagi dalam lima tahap. Tahap pertama, yaitu tahap identifikasi meliputi penentuan masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Tahap kedua, tahap penelitian awal, dimana tahap ini mulai melakukan studi pustaka dan studi objek penelitian. Tahap ketiga yaitu tahap pengumpulan dan pengolahan data meliputi pengumpulan data dan pengolahan data-data untuk mendapatkan perencanaan kapasitas produksi yang kemudian diterapkan dalam aliran proses produksi dengan sistem Kanban. Tahap selanjutnya adalah menuju ke tahap analisis data yang digunakan sebagai dasar perancangan usulan perbaikan sistem Kanban. Setelah proses analisis selesai, tahap selanjutnya adalah tahap kesimpulan dan saran.
Perencanaan kapasitas mesin dilihat dari tingkat utilisasi mesin. Tingkat utilisasi mesin menunjukkan persentase waktu aktual mesin yang tersedia untuk beroperasi terhadap waktu yang dibutuhkan mesin untuk beroperasi. Waktu aktual mesin yang tersedia merupakan waktu jumlah jam kerja mesin berdasarkan shift kerja yang digunakan. Sedangkan waktu yang dibutuhkan mesin untuk beroperasi merupakan hasil penjumlahan dari waktu total part-part yang diproses pada mesin tersebut. Dari 5 mesin yang berbeda-beda spesifikasinya, terdapat 1 mesin, yaitu mesin Millac 6H yang tidak dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan. Sedangkan 4 mesin lainnya, yaitu mesin DGMP (C,D) Cincinati, Copy Mill. Liechty TMR 72.77, Drop& Rein, dan Yoneda-1225 TS sudah dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam proses produksi tiap part. Hasil dari perencanaan kapasitas mesin ini kemudian diaplikasikan dalam aliran proses produksi dengan sistem Kanban.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian adalah perencanaan kapasitas produksi untuk menghasilkan part D-Nose yang sesuai dengan permintaan kastemer yaitu dengan menggunakan jam kerja 1 shift dalam sehari untuk tiap part. Usulan perbaikan jumlah kartu Kanban dirancang menggunakan sistem double card Kanban dengan jumlah 4 set kartu Kanban pengambilan dan 15 kartu Kanban perintah produksi (1 kartu sebagai Kanban pengaman) untuk setiap part.
jalan2 ke Kalimantan
Hari Kamis, jam 1pagi kita brangkat dari Bandung menuju Bandara di Jakarta. Jam4kurang kita sudah sampai, kita checkin lalu masuk pesawat. Saat itu pesawat yg sya naiki Lion air. saat perjalanan, pemandangan di bawah sangatlah bgus, trutama pda saat kita hampir sampe Kalimantan. masih bnyak hutan d sana. Kita smua sampai d bandara di Balikppan. perjalan masih jauh,masih butuh 7jam prjlanan sampe k ramah sodara sya. Karna sodara sya tnggal d Bontang. D prjlanan pemandangan yg sya lihat hanyalah hutanhutandanhutan. 7jam prjlanan sudah kita lewati. Jam 9malem kta baru sampai tujuan. Saat.a istirahat.
Keesokan harinya, kta jlan2 mengelilingi kota bontang, banyak sesuatu yg beda. Trutama kekayaan alam d sana. Di Bontang memiliki bnyak pnghasilan seperti batubara minyak bumi dan lain2. Kita muter2 kota bontang sampe malem dan itu blum slese. Jdi, kta lanjudkan keesokan harinya, kurang lebih hari sudah sore. waktu mkan sudah tiba. kta makan d pantai. Ada 1keunikan lg. Yaitu, kebanyakan pantai k klimntan d tutupi oleh kayu2, karna pantai.a lumpur aktif. Jdi, d tutupi kayu smpe tengah laut. D tegah2 laut ada tempat makan gtu. Jdi, kta mkan seperti d tengah2 laut. Makanan d sana yg psti seafood. Yah, kta makan dh. Sudah kenyang kta pun plang k rmH. Bsok.a kta d ajk k supermarket d bontang. Woooooo.?? Trnyata d botang cmn ada 1supermarket besaar. Iih waw. Ya sudahlah. oia, suhu d Bontang sngat panaas, panaas sekali. Ktika kluar dri supermrket, sya langsung lari menuju mobil. Jgn brdiam diri d ats trik.a matahari. Mungkin kta sudah hitaaam hahahahah. kta d bontang cukup 5haro. Oriz udh cape dengan panas.a. Ahah. Bsok.a sya dna kluarga sya plg, tepat.a jam 5pagii. Krna d pralanan kta mau mampir2 dlu. Prtama, kta mampir k suku Dayak. D dayaak, kta bsa liat org2 yg mempunyai telinga panjang. Ada jga pembesar dayak, trus, sya d beri kesempatan untuk menggunakan pakaian dayaak. Hehaha. Ksempatan yg gkan datang lg. Prjalanan d lajudkan, d jln kta melihat kerajaan kertanegara. Yg psti kta liatliat dlu, masuk k museum.a, liat2 peninggalan.a dll. perjalanan d lajudkan, d jlan kta meewati jembatan. Trnyata d bawah.a ada sungai mahakam. Heheh. Yg psti kta liat2 lg. trnyata indah y kota balikpapan. Prjlanan masih jauh, d jlan, kta kembali hanya liat hutan. Beberapa jam kmudian kta smpe d tmpat yg mnjual oleh2, y, kita bli oleh2 dh:) bwt tmn2 ak, bwt tmn2 mmh pph kko dll. Stelah puas mmbeli oleh2, kta hrus menempuh 1jam prjlanan lg. Akhir.a nyampe d bandara balikpapan. Stelah itu kta checkin oia skrg kta mnaiki pesawat garuda air. Yah, kta naik pesawat. Setelah smpe k jkarta, kko sya yg mnjemput kta. Stelah smpe bndung, kta lgsg gnti baju dan tdur. Krna kta spe bdung jam3 pagi. Ya, sleselah prjlanan kta d kalimantan. Sungguh indah Indonesia ini bila kta smua mau mnjaganya.